Sabtu, 13 November 2010

MENYUSUN POLA PRODUKSI BUDIDAYA IKAN



Ada semboyan dalam berbisnis budidaya ikan atau perikanan secara umum, yaitu: PRODUKSILAH IKAN YANG DAPAT DIJUAL, BUKAN MENJUAL IKAN YANG DAPAT DIPRODUKSI.
Percuma membudidayakan jenis ikan yang tidak akan laku dijual. Tetapi kriteria dapat dijual bukan semata-mata karena jenis yang tidak sesuai dengan permintaan pasar, bisa jadi jenisnya diminta pasar/konsumen, tetapi tidak mampu memenuhi (kebanyakan yang terjadi-) ukuran yang diminta, jumlah yang diminta setiap kurun waktu tertentu, atau tidak mampu berproduksi secara kontinyu. Salah satu cara atau model perencanaan awal untuk mampu memenuhi "permintaan pasar" dengan segala tuntutannya adalah dengan menyusun pola produksi ikan. Berikut disajikan satu contoh Pola Produksi Budidaya  Lele dengan angka/data simulasi. Jika anda akan mencoba, tentu harus menggunakan data setempat yang terbaru. Selamat mencoba.

POLA PRODUKSI BUDIDAYA LELE
(Simulasi)
KEBUTUHAN PASAR LOKAL  : 2 TON / MINGGU
 
 




I.             USAHA PEMBESARAN
1.    Jika produktivitas pada pembesaran : 1.000 Kg/are, maka harus ada panen 2 are kolam/minggu
2.    Jika masa pemeliharaan 4 bulan, dengan masa persiapan pemeliharaan 1 minggu, maka harus ada luas baku kolam untuk pembesaran:  (16 x 2 ) + 2    are =  34 are. Atau 34 petak kolam @ 1 are.
3.    Jika dosis pupuk 50 Kg / are, maka dibutuhkan pupuk 100 Kg/minggu.
4.    Jika padat tebar benih  (5 – 8 cm) 100 ekor/m2 @ 5 gram , maka dibutuhkan benih lele (200 x 100) ekor / minggu = 20.000 ekor/minggu.
5.    Jika nilai konversi pakan 2,0 maka dibutuhkan pakan :
 (2000 – 100) x 2     = 3.800 Kg / minggu
6.    Jika................................., maka.........................................


II.           USAHA PENDEDERAN
1.    Kebutuhan benih (5 – 8 cm) 20.000 ekor/minggu.
2.    Jika Produktivitas pendederan 10.000 ekor/ are, maka harus ada panen dari kolam pendederan 2 are/minggu.
3.    jika masa pendederan 8 minggu, dengan masa persiapan kolam 1 minggu, maka diperlukan luas baku kolam pendederan :   (8 x 2) + 2  are = 32 are atau 16 petak  @ 2 are.
4.    Jika dosis pupuk organik 50 Kg/ are, maka dibutuhkan pupuk 100 Kg/minggu.
5.    Jika survival rate pendederan 50%, maka dibutuhkan larva 40.000 ekor/minggu
6.    Jika pemberian pakan dimulai minggu ke II, dengan dosis rata-rata 5%/hari, berat rataan larva 1 gr,  survival rate minggu pertama 80%, maka dibutuhkan pakan : (5 x 20.000) gram –(100/80 x 40.000 x 1) gram x 1,5 = 75 Kg/minggu (dalam bentuk tepung, pemberiannya dalam bentuk pasta).
7.    Jika....................................., maka................................


III.         USAHA PEMIJAHAN/PRODUKSI LARVA

1.    Kebutuhan larva 40.000 ekor/minggu.
2.    Jika daya tetas telur rata-rata 40%, maka dibutuhkan telur : (100/40 x 40.000) butir = 100.000 butir / minggu
3.    Jika fekunditas induk rata-rata 25.000 butir/Kg induk, maka harus memijahkan induk : (100.000 : 25.000) Kg = 4 Kg, dengan berat rata-rata induk 1 Kg jumlah induk yang dipijahkan = 4 ekor/minggu .
4.    Jika perbandingan induk dan pejantan 1 : 1, maka dibutuhkan 4 kg pejantan atau 4 ekor @ 1 Kg.
5.    Jika masa pulih salin induk 3 bulan, dengan peluang matang gonad selama pemeliharaan 80%, maka dibutuhkan stok induk : (12 x 100/80) x 4 ekor = 60 ekor (60 Kg).
6.    Jika masa pulih salin pejantan 2 bulan, dengan peluang matang kelamin 90%, maka dibutuhkan stok pejantan : (8 x 100/90) x 4 ekor = 35 – 36 ekor (36 Kg).
7.    Jika padat tebar induk dan pejantan  2 ekor/m2 , maka dibutuhkan kolam penyimpan induk:  (  60 : 2  ) m2 = 30 m2  dan kolam penyimpan pejantan : ( 36 : 2 ) m2 = 18 m2.
8.    Jika dosis pakan untuk induk dan pejantan rata-rata 5%/hari, maka dibutuhkan pakan : (7 x 5/100 x 96) = 33,6 Kg/minggu.
9.    Jika..............................., maka........................................

  •    Jika diketahui data upah tenaga kerja, dapat dihitung kebutuhan tenaga kerja
  •    Jika diketahui data ..............maka dapat dihitung kebutuhan.............

             Salam dari saya:
             Saleh Purwanto


Kamis, 05 Agustus 2010

BUDIDAYA IKAN DENGAN “JAKA MINI”

Budidaya ikan di perairan waduk dan danau yang menggunakan jaring kantong apung (karamba) umumnya menggunakan ukuran besar; (4 x 4) meter atau lebih. Setiap unit rakit bisa berisi 4 bahkan sampai 10 petak kantong jaring. Pada tahap awal, mahalnya investasi untuk pembuatan unit jaring kantong apung besar juga membuat tidak semua anggota masyarakat di sekitar perairan umum dapat mengembangkan budidaya ikan tersebut. Sejumlah masalah dihadapi pengembangan jaring kantong apung, mulai dari pengadaan benih ikan, pakan komersial yang mahal, gangguan penyakit/parasit ikan, sampai pemasaran bagi komoditas ikan yang dibudidayakan. Mungkin penggunaan JARING KANTONG APUNG MINI (JAKA mini), yang saya uji tahun 1989/1990 bisa menjadi alternatif penggunaan JAKA . Disamping secara teknis mudah pembuatannya, relatif murah, juga lebih mudah pengelolaannya




JARING KANTONG APUNG (JAKA) MINI.


Wadah budidaya ini mempunyai 3 (tiga) komponen utama, yaitu kantong , rangka, dan jangkar. Disebut Jaka mini karena memang dimensi atau ukurannya mini bila dibandingkan dengan wadah budidaya sejenis yang sudah dikembangkan saat ini. Jaka mini berbentuk silinder dengan garis tengah 100 cm, dengan kedalaman 2 m.


Kantong Jaka mini terbuat dari jaring PE bermata jaring (mesh size) 1 inci, dilengkapi 2 buah rangka besi dibalut slang plastik berbentuk lingkaran dengan garis tengah 1 m. Kedua rangka ini dipasang pada bagian tengah dan dasar kantong, untuk mempertahankan bentuk silindernya setelah berada dalam air. Pada "rangka" dasar ini diikatkan pemberat berbentuk silinder padat dari semen cor. Menyesuaikan denagn kondisi perairan, pemberat ini dapat diubah menjadi "jangkar" dengan panjang tali (PE-5 mm) sesuai kedalaman air. "Mulut" kantong dilengkapi tali ris, yang kemudian akan menjadi "kolor" setelah pelampung dimasukkan. Pelampungnya menggunakan ban dalam mobil bekas yang memiliki diameter 1 meter, terserah, ban dalam bus, atau truk sama saja yang penting tidak bocor. Jaka mini ditempatkan di bagian perairan yang berarus tenang, dengan kedalaman 4-5 meter.  Tentu untuk sampai skala ekonomi jangan hanya satu kantong yang diusahakan. Tetapi satu orang mampu mengelola sampai 10 unit Jaka mini.

Jenis ikan yang dibudidayakan bisa Nila atau Mas dengan padat tebar benih 20 Kg, @  50 - 100 gram/ekor. Pakan diberikan antara 2 - 4% setiap hari, tentu menyesuaikan pertumbuhan ikan. Pengalaman yang saya peroleh, pemeliharaan sampai 18 minggu menghabiskan pakan 117,6 Kg dengan hasil panen nila merah /hitam rata-rata 93,7 Kg. Mengenai pendapatan, keuntungan, dan analisis manfaat lainnya menunjukkan kelayakan yang memadai. Titik impas produksi 60,44 Kg, dengan BCR 1,17.

Mungkin bisa menjadi salah satu alternatif
bagi upaya pemberdayaan masyarakat yang memiliki potensi perairan danau, waduk, telaga, atau sejenisnya.
Ketika modal menjadi kendala penggunaan karamba unit besar , maka Jaka mini mungkin bisa menjadi pilihan. Mudah-mudahan.

AKU SUKA MAKAN IKAN